Jadi orang tuh jangan terlalu serius, santai aja.
Haha, lo bisa ngomong gitu?
Coba deh pikir, hidup di dunia, berjuang sendirian, itu
bukan main-main
Dengan sedikit waktu yang Allah kasih buat kita, banyak
amanah yang harus kita lakuin, apakah ada waktu untuk main-main?
Buatmu yang masih ragu sebenarnya apa tujuanmu dilahirkan di
sunia, mending cepat-cepat cari tahu deh
Kenapa? Karena secara sadar atau enggak, kamu udah
kehilangan banyak waktumu
Dan dengan menghambur-hamburkan waktumu pada hal yang
sia-sia, apakah pahalamu bertambah? Apakah tiap langkahmu menambah pundi-pundi
rahmat yang Allah turunkan pada hati hati yang senantiasa mengingat-Nya?
C’mon, sudah bukan waktunya main-main dan menghina
orang-orang dengan keseriusan dalam tiap langkah kaki mereka
Mereka yang serius, sudah menemukan alasan, untuk apa mereka
dilahirkan ke dunia
Mereka sudah menyusun strategi agar kehidupan mereka tidak
penuh dengan kesia-siaan
Mereka yang serius, tertawa lebih sedikit dan menangis lebih
banyak karena mengingat satu hal
Tiba saatnya nanti, mereka akan dibaringkan di tempat gelap
yang sempit, sendirian
Hanya berbekal kain kafan putih, tanpa perhiasan, tanpa
corak
Berbantalkan tanah, ditemani cacing-cacing dan belatung
Menunggu
Menunggu malaikat penanya mengucapkan salam dan mulai
bertanya
Siapa tuhanmu?
Mereka yang serius, banyak menangis dan sedikit tertawa
sangat memahami bahwa pertanyaan siapa tuhanmu bukan pertanyaan sepele
Kau mungkin ingat karena melatihnya berjuta-juta kali di
dunia
Tapi kawan
Akhirat bukan lelucon, begitu juga alam kubur
Ia ujian, dimana kau tak bisa licik selicik saat kau ujian
di dunia
Kau menghafalnya, tapi yang menjamin kau bisa bersuara untuk
menjawab pertanyaan malaikat penanya bukan hafalanmu, melainan imannmu
Kau tak punya iman? jadi jangan harap kau bisa menjawab
pertanyaan yang diajukan malaikat penanya
Bukan malah senyum sambutan selamat datang di alam kubur
Melainkan lecutan kilat yang sakitnya tak tertahankan yang
akan kau terima
Aku tahu, tahu sekali
Kata-kata, orang yang banyak mengingat kematian dan menangis
karena dosa-dosanya adalah orang yang cerdas, tak lagi membuatmu merinding
Aku mengerti, mengerti sekali
Kau selalu melewatkan banyak informasi tentang kematian
karena kau takut dan tak mau membuat dirimu memikirkan seberapa banyak dosa
yang telah kau timbun tanpa meminta pengampunan dari yang maha pengampun
Kau selalu berkata
Aku akan kuliah, bekerja, menikah, punya anak lalu melihat
anak-anakku tumbuh dan menikah
Tapi saudaraku, apa yang telah kau siapkan untuk menghadapi
kematianmu?
Amalmu yang banyak?
Tak ingatkah kau kisah seorang pelacur yang mati kehausan di
gurun karena memberi seekor anjing air minum dan hal itu membuatnya masuk
surga?
Tak ingatkah kau kisah tentang sahabat nabi yang sakratul
maut dan tak kunjung dicabut nyawanya hanya karena ia pernah membuat hati
ibunya terluka? Hingga rasul memutuskan untuk membakar tubuhnya karena nyawanya
tak kunjung dicabut? Hingga akhirnya hal itu diurungan karena kemudian ibunya
meridhainya?
Saudaraku, apa yang menurut kita kecil, belum tentu demikian
di mata Allah
Apa yang menurut kita besar, pun bisa jadi hanya sebutir
debu di mata Allah yang jika ditiup, hilanglah sudah jejaknya
Begitu juga dengan amal dan dosa yang selama ini kita
perbuat, dosa yang menurut kita kecil belum tentu demikian dimata Allah
Amal yang menurut kita sangat besar pun bisa jadi hanya
sampah dimata Nya, tak masuk hitungan amal kebaikan yang kita lakukan
Lantas dengan apa kita menjawab ketika nanti Allah tanya
Bahagiakah dirimu, hambaku? Saat sedikit waktu dan banyak
kesempatan untuk taat kuberikan padamu, kau malah menolaknya mentah-mentah
tanpa keseriusan dan terus menerus tertawa seolah-olah duniamu takkan berakhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar