Pages

Senin, 31 Agustus 2015

Kapan Nikah?

Kalimat pertanyaan sakti yang sepertinya gemar meloncat keluar dari mulut sesepuh-sesepuh di keluarga besar atau bahkan teman sejawat yang iseng bertanya tanpa bercermin terlebih dahulu. Yes, kapan nikah merupakan wujud perhatian mendalam, penghinaan terselubung, serta persaingan tak kasat mata yang terlontar dalam bentuk pertanyaan sederhana yang terdiri dari dua kata yang jika digabungkan, secara ajaib bisa berdampak luar biasa dalam kehidupan seseorang hingga dapat menyebabkan kepeningan yang tiada habisnya, fobia dengan hari lebaran dan arisan keluarga, serta sensitif dan emosian berkepanjangan. Mereka yang sekarang tertawa lepas dan bahagia karena kehangatan yang diberikan keluarga kecil mereka dan menikah di usia yang cukup matang, sejatinya pasti pernah mengalami pertanyaan ini.

Sebenarnya, menikah merupakan momen yang sakral dan selayaknya terlaksana sekali seumur hidup agar tidak ada hati yang tersakiti. Namun setelah menikah, ternyata masih sangat banyak hal yang perlu dipertanyakan berkaitan dengan keberlangsungan hidup satu keluarga baru. Karenanya, saya ingin saat saya dipertemukan dengan jodoh saya dan diizinkan menggenapkan separuh agama saya oleh tuhan saya, saya memiliki pengetahuan dasar yang cukup untuk setidaknya bertahan berada dalam satu kapal besar, berlayar dengan seorang nahkoda baru yang tak memiliki ikatan darah dengan saya tapi bersedia mengorbankan segalanya agar kapal besar kami sampai ke tujuan dengan selamat dan tidak karam di tengah derasnya terjangan badai yang bukan tidak mungkin akan menerpa keluarga kecil kami. Saya ingin, saat nanti tuhan saya mengizinkan saya mencintai seseorang yang akan membimbing saya ke surga, apa yang saya kerjakan untuk membantu cinta saya bernilai ibadah dan mendapatkan ridhoNya.

Walaupun sampai detik ini, telinga saya masih suci dari pertanyaan 'kapan nikah?' Karena saya dan keluarga ajaib saya bukan penganut suatu paham yang berpendapat bahwa syarat utama dan wajib menikah adalah umur yang sudah matang. Karena umur yang sudah matang tak menjamin kematangan mental dan kedewasaan. Maka kelak, jika pertanyaan sakti itu mulai meluncur memenuhi ruang2 kecil di dalam kepala saya, saya hanya akan tersenyum dan menjawab 'sama halnya dengan rezeki, jodoh pun sudah ada yang mengatur. Saya yang tahu bagaimana diri saya dan hanya tuhan saya yang tahu apa yang terbaik untuk saya. Saya hanya akan menunggu apa dan siapa yang diputuskan tuhan saya untuk saya sebagai tanda cintaNya kepada saya. Kapan? Saya juga tak tahu. Tak seorangpun tahu.'

Maka untukmu yang sedang gamang karena yang ditunggu untuk berlayar tak kunjung datang, mendekatlah padaNya. Bukan untuk meminta apa yang kau inginkan, bukan untuk memohon agar datangnya cinta lebih cepat lagi. Melainkan untuk merasakan belaian lembut dariNya yang menelusupkan ketenangan dalam batin dan membisikkan '...dan tuhanmu sama sekali tidak menzhalimi hamba-hambaNya.” [41:46]

September pertama, hari kedua
Rifdatun Nafi'ah

Minggu, 02 Agustus 2015

Absurd#2

Aku tahu apa yang kulakukan salah
Mengejarmu, dulu
Membuatmu berada dalam pusaran kehidupanku
Hingga akhirnya, melepaskanmu tak semudah memaksamu datang
Dulu kau mungkin membenciku
Tingkahku yang seperti anak kecil, memaksamu masuk ke hidupku
Hingga akhirnya kau mengikuti mauku, masuk ke dalam hidupku
Namun sekarang, saat aku memutuskan untuk meninggalkanmu
Membiarkanmu dengan mimpi mimpi yang kau sulam, juga dengan takdir takdir yang berterbangan di atas kepalamu
Kau yang justru kembali menarikku dan memelukku
Memintaku tetap tinggal
Mendampingimu
Lalu akupun mengajarkanmu tentang takdir
Bahwa apa yang kita ingin, tak selalu jadi kenyataan
Bahwa usaha yang kita lakukan, tak selalu sebanding dengan hasil yang kita dapatkan
Bahwa kita punya tuhan
Yang melingkupi kita
Dan bahwa
Kita tak punya hak untuk melangkahi takdir
Aku mencintaimu
Tapi cinta saja tak cukup, bukan?
Kita harus meminta takdir berpihak pada kita
Kita harus meminta tuhan kita, meridhai langkah kita
Agar kelak tak ada hati hati yang terluka dan menahan kecewa
Aku percaya
Jika saatnya tiba nanti
Kau akan menjabat tangan seseorang yang akan jadi ayahmu yang kedua
Meminta putrinya dengan penuh harap
Memikul tanggungan baru, yang membuatmu menjadi lelaki seutuhnya
Nanti
Mungkin dengan ayahku, demi aku
Mungkin juga dengan ayah perempuan lain, demi perempuan lain
Kita tak pernah tahu
Jadi untukku yang mencintaimu dan untukmu yang juga mencintaiku
Mari sama sama berhenti saling mencintai
Kita belum lagi berhak untuk itu
Pergilah
Dan biarkan aku juga pergi
Jika tiba saatnya takdir kita bertemu lagi
Kuharap kita sama sama melupakan apa yang dulu kita rajut bersama
Dan jika takdir menginginkan kita kembali bersama
Aku harap bersamanya kita, membawa kita ke surga
Membuat langit bergetar dan penghuninya bertasbih demi menyaksikan janji yang kita buat di atas nama tuhan kita