Pages

Senin, 29 Mei 2017

jatuh cinta dan jatuh karena cinta



Setiap manusia, pasti pernah merasakan jatuh cinta dan jatuh karena cinta. Hahaha, pasaran ya bahasannya? Gapapa lah, sekali-sekali.
Jatuh cinta itu, menurutku, ya, adalah suatu masa dimana perasaan kamu senang gak menentu setiap melihat atau membayangkan seseorang. Atau sesuatu yang kamu lalui bersama seseorang. Sebetulnya, rasa jatuh cinta itu kadang gak bisa dideskripsikan dengan diksi sih (menurutku). Karena, yaa, kamu bakal tau gimana rasanya saat kamu betul-betul merasakannya. Kalau orang bule bilang, like there’s a butterflies on your stomatch. Jadi kayak ada rasa semriwing gitu di perut (bukan laper ya) dan rasa bahagia yang beda dari bahagia-bahagia yang lain (?) hahaha
Bahagianya tuh gak bisa diomongin, gak bisa diceritain dan seringkali gak bisa diulang dengan orang yang berbeda dalam satu waktu yang sama. Ngerti kan maksudku? Jadi kayak ringtone hati gitu. Nah, bahagianya jatuh cinta itu, ringtone yang kamu pasang beda sendiri dari yang lain, spesial gak pake karet.
Nah, kalau jatuh karena cinta itu, hahaha ketawa dulu yuk, barisan yang (pernah dan masih) sakit hati mana suaranyaa?!!! *apasih*
Jadi, kalau jatuh karena cinta itu kayak kamu lagi haus banget lalu kamu ke minimarket dan lihat air mineral dingin. Kamu langsung ngebayangin air mineral dingin itu masuk ke dalam mulut kamu, melalui kerongkonganmmu yang kering dan masuk ke dalam perutmu yang sedang panas-panasnya, tapiiiii, pas kamu ke kasir dan mau bayar air mineral dingin itu, uang kamu kurang dan kamu gak bisa minta tolong sama siapapun buat bikin air mineral dingin itu jadi milik kamu. Sakit? Iyaaa, banget! Masih sakit? Masih lah kalau belum nemu pengganti air mineral dingin itu. Kalaupun nemu penggantinya (yang sama-sama bisa diminum) tapi penggantinya mengecewakan (kayak air panas misalnya) hati kita yang sakit dan terluka (eh, kerongkongan kita yang kering, panas, tandus dan mendambakan aliran air mineral dingin) gak akan pernah terpuaskan. Rasa sakitnya pasti masih ada, pasti. Walaupun cuma kayak digigit semut aja (lha emangnya disuntik?!) hahaha.
Kegambar, kan, beda jatuh cinta dan jatuh karena cinta menurutku? Sekarang, aku mau kasih tips ala-ala vlogger *apasih ih*. Tapii, tips inii Cuma berdasarkan pemikiranku yang insya Allah dan semoga Allah jaga biar selalu gak liberal, juga berdasarkan analisaku atas segalagalagala jenis kasus yang menimpa teman, sahabat, saudara, kerabat *apalagi ini* ya pokoknya kasus yang menimpa orang-orang di sekitarku yang bikin aku akhirnya bisa mengeluarkan pernyataan bahwa, kita perlu berubah menjadi sosok yang bijak untuk menyikapi jatuh cinta dan jatuh karena cinta *yaelaaa semua orang juga tau kalee*
Oke, langsung aja kita kupas tuntas setajam lidah para tante tukang nyinyir
Dalam menyikapi hati yang melemah kayak jelly saat kita jatuh cinta, agaknya kita perlu sedikit banyak memahami bahwa, Takdir itu ada, ketetapan Allah itu nyata dan kita pasti dipertemukan dengan jodoh kita (entah itu di dunia, ataupun di akhirat). Biar apa? Biar segala hal yang kita lakukan saat kita jatuh cinta, tidak keluar dari jalan lurus menuju surganya Allah. juga biar jatuh cintanya kita, ya, Allah jadikan sebagai penguat hati kita dan perantara agar kita semakin dekat dengan Allah. kalau kita paham betul jodoh sudah ada yang atur, jatuh cintanya kita pasti akan santai kayak di pantai. Berharap sih, dia juga ngerasain hal yang sama lalu berujung di pelaminan, tapi gak sampai terobsesi. Gak sampai keluar tuh kata-kata “pokoknya jodohku harus dia” atau “pokoknya dia calon suamiku” atau yang lebih parah “pokoknya aku gak mau tau, dia harus jadi milik aku, gimanapun caranya.” Nah loh, kalau sudah gitu, panjang jadinya urusan. Dipertanyakan itu iman kepada qada dan qadar nya Allah. lha kalau iman kepada qada dan qadarnya Allah saja dipertanyakan, coba deh, korelasikan sama firman Allah yang berbunyi “laki-laki yang baik-baik untuk wanita yang baik-baik dan laki-laki yang buruk untuk wanita yang buruk” artinya apa? Artinya, jodoh kita itu cerminan diri kita. Kalau iman kita dipertanyakan, pun, iman jodoh kita. Sebelas duabelas lah sama kita. Mau? Ngga kan? Kita jatuh cinta, lalu menikah, atau menikah, lalu jatuh cinta. Tujuannya untuk ibadah kan? Lha kalau pondasi ibadahnya saja sudah retak parah, kira-kira tercapai ngga tujuan menikahnya? Tujuan jatuh cintanya?
Kalau kita sudah bijak dalam jatuh cinta, aku rasa, gak ada tuh yang namanya jatuh karena cinta. Kenapa? Karena harapan kita ya hanya sekedar harap, hanya sekedar ingin yang tumpuannya ya pada Allah. jadi saat jatuh cinta, hati kita yang berharap itu sudah ikhlas. Kalau jodoh alhamdulillah, kalau bukan jodoh yasudah. Toh, Allah yang Maha Baik sudah siapkan jodoh yang baik untukku. Enak kan kalau gitu? Gak perlu ada nangis-nangis bombay nuntut ini itu ke Allah, menyalahkan takdir, menyalahkan rencananya Allah untuk kita. Gak perlu juga pakai tragedi gelisah galau merana yang berujung pada ngemil yang bikin berat badan gak kekontrol dan akhirnya merusakk diri sendiri.
Iya, aku tau, aku kan juga perempuan. Aku tau kok gak semudah itu untuk berhenti berharap, berhenti jatuh karena cinta. Aku pun, sampai saat ini, masih merasakan sakit sesakit gigitan semut di hatiku, karena cinta. Tapi kan, kalau kita tau hati kita lagi sakit, kita harus berusaha untuk menyembuhkan hati kita. Kita harus sungguh-sungguh cari obatnya. Bukan malah diam saja meratapi nasib dan merasa nyaman dengan sakit hati yang kita derita.
Allah itu Maha Pengampun, kita taubat, Allah pasti ampuni. Minta maaf sama Allah karena udah bikin Allah cemburu, minta maaf sama Allah karena sempat seolah-olah gak percaya sama qada dan qadarnya, minta maaf sama Allah karena selama ini jadi hamba yang gak tau diri *duh aku jadi sedih L*
Pokoknya, kalau kamu lagi jatuh cinta, pesanku cuma satu. Jatuh cintalah yang benar. Jatuh cintamu harus mampu menambah kedekatanmu dengan tuhanmu. Jatuh cintamu harus mampu membuat kamu termotivasi untuk selalu dan selalu menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Jatuh cintamu, gak boleh murahan. Gak boleh diumbar. Gak boleh direndahkan serendah-rendahnya hanya demi perhatian. Ingat Allah, ingat jodoh sudah ada yang atur. Jodoh kita, gak akan tertukar dengan jodoh orang lain. Percaya sebesar-besarnya sama Allah dan jangan pernah berharap sama manusia. Nanti kamu kecewa :)
Buatmu yang sedang jatuh karena cinta, kamu harus cari obatnya. Minta ampun sama Allah, perbanyak aktivitas yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarmu biar kamu lupa kalau hati kamu lagi luka. Karena melihat orang lain bahagia karena kita, itu bisa menyembuhkan lukamu walau pelan. Gak ada yang salah dalam proses belajar mencari kebenaran. Yang salah adalah kamu tau sebuah hal itu salah dan kamu tetap ngeyel untuk ngelakuin itu. Kamu harus kuat. Luka karena jatuh cinta itu, kadang dibuat berlebihan oleh hati kita sendiri.
Intinya, semua hal, semua jatuh cinta dan semua jatuh karena cinta itu, gak pernah lepas dari campur tangan Allah. makanya apapun, dimanapun, kapanpun, gimanapun, tetap harus melibatkan Allah. biar langkah kita gak salah. Biar hati kita tenteram. Juga biar kita layak untuk mendapatkan surga yang Allah janjikan.

Jumat, 26 Mei 2017

Aku, baik-baik saja

Aku baik-baik saja.
Semua yang datang padaku takkan mampu menyakitiku hingga membunuhku.
Ya, aku baik-baik saja.
Dengan atau tanpa pengertian dan pemahaman dari manusia lain.
Aku, akan baik-baik saja.
Kalau kata yang lain, hati yang penat bisa membunuhmu, kataku, tidak.
Kepenatan tidak akan, juga tidak boleh membunuhku.
Aku, baik-baik saja.
Tak salah tapi disalahkan? Ah, tidak mengapa. Aku baik-baik saja.
Diminta bertanggungjawab atas apa-apa yang bukan kesalahanku? Atas apa-apa yang awalnya aku perjuangkan agar tidak hancur, lalu dihancurkan? Tenang, aku baik-baik saja.
Aku tak akan mati karena menanggung beban batin, tak boleh.
Aku tidak kuat tapi juga tidak selemah itu.
Membantu yang tak ingin dibantu, lantas disalahkan karena tak membantu? Ah, biasa. Aku, akan sangat baik-baik saja.
Mengerjakan apa yang bukan tugasku? Bisa, boleh. Aku tak akan pernah menolaknya jika aku bisa melakukannya dan aku, akan baik-baik saja.
Apa? Kerjaku tidak dihargai? Diaku-akui orang lain? Ah, tidak mengapa. Sungguh-sungguh tidak mengapa. Aku, baik-baik saja.
Ditinggalkan sendirian? Diminta menyelesaikan sendiri? Ya, ya, aku bisa maklum. Aku akan baik-baik saja.
Dijadikan pelampiasan kemarahan dan kepenatan? Dimaki-maki lalu disalahkan? Sakit, kuakui, tapi aku baik-baik saja.
Sudahlah, tenang saja. Aku akan baik-baik saja. Fisikku akan baik-baik saja. Hatiku yang terluka, akan sembuh dengan sendirinya jadi ia, akan baik-baik saja.
Aku tahu penat tak bisa dipeluk sendiri, sedih tak bisa ditahan sendiri, marah tak bisa disimpan sendiri, maka aku ada. Aku ada untuk menjadi orang itu. Yang dilampiaskan segala emosi negatif, toh, aku bisa mengerti jadi tidak apa-apa. Daripada dilampiaskan ke yang tidak mengerti dan ujungnya bermusuhan, lebih baik dilampiaskan ke orang lain yang mengerti walaupun yg paling baik, ya, diadukan ke Allah :)
Tapi sungguh, aku sungguh-sungguh baik-baik saja.

Minggu, 14 Mei 2017

Surat untuk Kesayangan #2

Kalau berat, bagi, sayang. Jangan kau tanggung sendiri.
Kalau ringan, sembunyikan, sayang. Jangan kau buat berat dengan keluh.
Dalam kebersamaan, inti perjuangan adalah keadilan, sayang.
Adil dalam merasa, adil dalam membagi, adil dalam menerima, adil dalam bertanggung jawab, adil dalam bersuara, adil dalam bahagia.
Dalam kebersamaan, ruh perjuangan adalah perspektif , sayang.
Pandanganku, pandanganmu, bukan bersebrangan. Hanya belum ditemukan titik silangnya.
Menjadi beda, mengide beda, menyuarakan beda, itu tentang perspektif, sayang.
Aku mengerti kamu, kamu mengerti aku.
Dalam kebersamaan, kebersamaan adalah kekuatan, sayang.
Kuat untuk saling menguatkan. Kuat untuk merelakan ide, menghilangkan suara demi ide lain yang lebih brilian, demi suara lain yang lebih jernih.
Dalam kebersamaan, keegoisan adalah kehancuran, sayang.
Keegoisan, tak pernah bisa disamakan dengan kekuatan prinsip. Catat, sayang.
Kekuatan prinsip, berarti idealisme yang dikokohkan realita diantara pluralisme yang memaksa matinya logika. Sedang keegoisan, sayang, adalah idealisme yang bercerai dengan realita dan logika namun berteman dekat dengan paksa dan manfaat yang tak ada.
Kau, harus bisa membedakan, sayang. Kita harus bisa membedakan.
Dalam kebersamaan, keanggunan merasa adalah ketenteraman, sayang.
Karena eksekusi logika yang mematikan rasa, kadang berefek pada hati hati yang lelah. Melahirkan gundah yang membersamai gulana. Bahkan kadang, menerbitkan benci yang teramat sangat pada cinta yang dulu, juga teramat sangat. Anggun dalam merasa, sayang. Adalah keikhlasan mengalah, keikhlasan menyungging sesabit senyuman untuk orang-orang yang terluka hatinya, juga bahagianya.
Terakhir, anggun dalam merasa, sayang. Adalah tingkatan terendah dari egois diri yang sangat sulit dicapai, tapi kau, harus mampu mencapainya, sayang. Karena kau, kesayangan :)

Hari kedua
170515

Surat untuk kesayangan #1

Aku lebih peduli dengan ketenangan batinmu daripada dengan hasil yang kau khawatirkan dari kerja kerasmu.
Aku lebih peduli dengan sesak di dadamu karena takutmu daripada dengan persiapan apapun yang sudah kau usahakan sebaik mungkin dengan mataku sebagai saksi.
Hasil itu, sayang, adalah buah dari usaha kita. Pembelajaran dari Tuhan untuk kita terus selalu naik ke level diri yang lebih tinggi.
Tapi yang tak boleh kau lupa dari hasil adalah, ia murni kuasa Tuhan. Tangan mungilmu, ide idemu yang terbatas, pun kekhawatiranmu, takkan pernah mampu menyaingi kuasaNya.
Maka biarlah IA yang memutuskan.
Memberimu pelajaran melalui senyum, atau tangis. Kau harus ikhlas.
Kau takkan jatuh terjengkang, aku di belakangmu, menja gamu.
Kalau kau jatuh tersungkur, aku di belakangmu, membantumu berdiri.
Aku ada.

Jangan kau cari, sayang.
Rasakan.
Aku ada, untukmu.
Kau harus kuat. Kau akan kuat.
Aku, percaya.


170514.Hari pertama.