Pages

Sabtu, 14 Oktober 2017

Perempuan

Tulisan ini adalah tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan, dalam pandanganku yang miskin ilmu, miskin pengetahuan. Tidak bisa dan jangan dijadikan referensi. Ini aku, bukan kamu tapi kalau kau sependapat, ya, tidak masalah.
Menurutku...

Perempuan itu, tak harus selalu tentang kelembutan.
Seringkali menjadi keras itu perlu.
Hanya agar tak ada sembarang lelaki yang terjatuh dalam anggunmu.
Perempuan itu, tak harus selalu tentang bibir merah dan wajah putih.
Kadang menjadi sedikit buluk itu perlu.
Hanya agar tak ada yang sembarangan mendarat di hatimu.
Utamanya, bila kau seorang yang tak pandai menyembunyikan rasa cinta.
Perempuan itu, tak harus selalu tentang air mata.
Tak jarang berselimut tawa itu perlu.
Hanya agar kata lemah tak bersanding manis denganmu.
Tapi perempuan itu, selamanya tentang kecerdasan.
Kemampuan menggambarkan dengan baik imajinasinya.
Kemampuan memperdengarkan dengan baik ide-idenya.
Kemampuan mewujudkan angannya.
Sudah mendarah daging dalam diri perempuan, bahwa perannya tak lebih besar dari peran lelakinya.
Bahwa kuatnya tak lebih dari kuat lelakinya.
Serta bahwa, sehebat apapun ia dalam memimpin, ia tak lebih hebat dari lelakinya.
Perempuan, pada dasarnya bukan melindungi namun dilindungi.
Dipimpin, bukan memimpin.
Tapi bukan berarti, perempuan berhak berlindung di balik kata kodrat.
Tak kuliah, alasannya nanti juga kembali ke dapur.
Tak berani memimpin, alasannya nanti baper.
Tak kuasa menahan sakit, alasannya perempuan kan memang lemah.
Bukan, bukan di situ letak mulianya seorang perempuan.
Mulianya seorang perempuan adalah ketika ia mampu tetap bersinar dalam koridor yang ditentukan tuhannya demi keselamatannya.
Dan, sudah, berhenti di sini dulu. Karena aku kehabisan diksi. Kehabisan waktu, juga, kehabisan referensi. Nanti nanti lagi, kalau sempat insya allah.