Pages

Jumat, 08 April 2016

Pergi <5>

Sekali ini saja, biarkan aku menyelamatkan hatinya.
Biarkan aku membantunya membuat pelangi.
Sekali ini saja, biarkan aku memalingkan pandanganmu dari wajahku.
Membuatmu menoleh ke belakang dan melihatnya.
Bidadari yang berpeluh membantumu menggapaiku dengan mengabaikan keinginannya memilikimu.

Sekali ini saja.
Biarkan aku saja yang pergi.

Kamis, 07 April 2016

Pergi <4>

Terima kasih.
Karena kau melepaskanku, aku bisa bernafas lebih leluasa sekarang.
Dan, maaf.
Aku tak lagi bisa menggenggam jemarimu.
Menuntunmu melewati jalanmu.
Kita akhirnya bertemu persimpangan.
Persimpangan yang mengharuskanku melepas genggaman tangan kita, dan berjalan berlawanan arah denganmu.



Aku tahu kau menyembunyikan tangismu.
Menidurkan mimpimu untuk membersamaiku mengejar mimpiku.
Aku tahu genggaman tanganmu makin lama makin mengendur, beriringan dengan mimpimu yang tak lagi bisa kau buat tertidur.

Aku tahu nafasmu tertahan.
Menyakitkan mendengarnya, kau tahu?
Menyesakkan mengetahui bahwa kau begitu mencintaiku hingga kau tahan tangismu, kau penjarakan mimpimu.



Terimakasih.
Membiarkan air mataku tak lagi menetes.



Aku tahu kau menatapku tiap aku terlelap.
Mencari celah agar kau bisa pergi tanpa membuatku merasa kehilangan.

Kau membuatku hidup
Juga membunuhku perlahan



Terima kasih.
Telah membiarkanku menumbuhkan sayapku
Lalu terbang.



Aku akan membiarkanmu pergi.
Agar kau tak lagi membunuhmu.
Agar kau tak lagi membunuhku.
Tanpa sadar.



Terima kasih.
Aku pergi.

Rabu, 06 April 2016

Pergi <3>

Dari sekian banyak rupa, kenapa milikmu yang membuatku jatuh?

Kenapa tubuhmu yang tersiram hujan, yang membuatku ingin memayungimu?

Kenapa senyummu yang terlukis bukan untukku, yang membuatku mengarahkan pandanganku padamu?


Dari sekian banyak warna, kenapa warnamu yang membuatku bertransformasi menjadi pelangi?


Pertanyaan tertahan tanpa menghasilkan jawaban.

Aku jatuh padamu. Namun untuk memintamu melihat bahwa aku jatuh, bukan aku.

Maka demi harga diriku, aku bangun dari jatuh yang tak seorangpun tahu.

Membasuh lukaku kemudian tersenyum, lagi, kala menatap matamu.

Membuatmu tak mencurigaiku, membuat yang lain tak melihat lukaku yang belum sembuh.

Aku berdebar. Tapi debarnya seirama dengan otakku yang terus menerus berpikir.


Aku jatuh di tempatmu, namun kau jatuh bukan di hadapanku.

Daripada membuatmu bangun dari jatuhmu untuk jatuh kepadaku, aku mengerti.

Lebih baik aku yang bangun dari jatuhku agar kau tetap jatuh di tempatmu.

Agar kau, tetap bahagia dengan jatuhmu.


Lebih baik aku yang bangun dan menyadari bahwa lukaku berdarah.

Selasa, 05 April 2016

Pergi <2>

Aku masih mengingat kecupan pertama saat aku pergi.
Meninggalkan buaianmu, menjauhi hangatmu.
Kau yang dulu sempurna berkata jangan, kini sempurna memintaku pergi.
Mengejar angan yang tak sedikitpun ada milikmu di dalamnya.
Meniti harap yang tak setetespun karenamu.

Aku masih mengingat peluk terakhir sebelum akhirnya aku pergi.
Wajahku tak lagi menjadi sarapanmu tiap pagi
Suaraku tak lagi jadi lagumu tiap hari

Aku masih merasakan cinta yang kau tinggalkan dalam ranselku.
Menjagaku tetap hidup
Menjagaku tetap bahagia

Tak. Tak pernah ada buai yang senyaman milikmu.
Tak pernah ada lagu yang seindah lagumu
Tak pernah ada rasa yang selezat rasamu

Kita sama-sama tahu
Aku tak ingin pergi
Dan kau
Tak ingin aku pergi

Tapi kemudian cinta yang lebih besar datang
Karena bahagiamu tanggung jawabku
Dan bahagiaku tanggung jawabmu
Karena tanggung jawab itu, aku pergi
Dan kau membiarkanku pergi karena alasan yang sama

Perginya aku, meninggalkan ruang kosong dalam hatimu
Sama sepertiku

Ruang kosong yang biasanya terisi lagu-lagu indah tanpa henti
Ruang kosong yang biasanya meluap oleh bahagia karena tawamu
Ruang kosong yang biasanya penuh cinta

Pergi.
Dengan cinta yang masih tinggal dalam buaimu tanpa ragaku

Minggu, 03 April 2016

Pergi <1>

Walau habis nafasku, aku takkan pernah memintamu kembali. Tidak untuk sekarang, tidak juga untuk selamanya. Ya, hingga habis nafasku.

Bukan aku tak pernah mengerti kemana kisah ini berpulang. Bukan juga berarti aku tak menggunakan benda kecil dengan triliyunan saraf yang tersambung di kepalaku dengan baik.

Bukan.

Aku hanya tak mampu melihat segala hal yang kau jadikan alasan untuk meninggalkanku.
Meninggalkan kita dan berpaling tanpa menoleh padaku.

Aku tak pernah bisa menjadi sekuat yang kau minta. Aku tak pernah bisa memimpinmu. Aku tak pernah bisa melenyapkan lemahku dan mencari kuatku yang melebihimu.

Katamu.

Lalu dengan matamu yang penuh genangan mengalir yang kemudian segera kuhapus, aku memelukmu tanpa kau rasa dan menendangmu jatuh.

Ya, kau memiliki hatiku bersamamu tapi aku, masih menempatkan otakku pada kotak kaca di dalam kepalaku.

Ketimbang mengambil hatiku yang kau bawa pergi, aku akan mempertahankan akal sehatku.

Bukan karena kau tak mampu maka kau menyerah untuk melebihi hebatku.

Melainkan karena, melebihi hebatku terlalu membunuhmu.
Hingga akhirnya kau menyerah dan melaporkan ketidakmampuanmu dengan meninggalkanku.

Dan aku, tak bisa menerimanya.

Hingga akhirnya kau memilih tak lagi menoleh ke belakang saat kau melarikan diri dariku.

Aku mengerti.

Kau tak lagi memilih tinggal.

Jadi pergilah tanpa sesal.
Sekali lagi, pergilah tanpa sesal.

Karena aku, takkan mengijinkanmu kembali.