Pages

Jumat, 21 Februari 2014

me nu lis

Menulis?
Hah! Aku bukan pujangga, katamu
Untuk apa memberitahu orang-orang tentang apa yang kurasa? Mereka takkan mengerti!
Menulis?
Tentang apa?
Cinta?
Aku bukan teenlit berjalan!
Bukan pula tokoh-tokoh fantasi dalam dongeng!
Kehidupanku nyata dan aku tak perlu menuliskannya agar orang lain tahu
Lagi pula aku tak pandai merangkai kata-kata
Aku bukan penyair
Aku pusing jika harus berhadapan dengan huruf-huruf yang tercetak di keyboard
Dan lagi, menulis hanya membuang waktu dan tak menyelesaikan masalahku!


Itukah yang kau pikirkan saat ku lemparkan satu kata ajaib kepadamu?
Ya, menulis.
Mengapa begitu rendah di pikiranmu? Benarkah menulis hanya akan membuang waktumu yang berharga?
Ku pikir tidak.
Ah, kau tak tahu apa-apa! Pikiran kita berbeda!, katamu
Oke oke aku mengerti, atau setidaknya mencoba mengerti mengapa kau tak ingin menulis
Pandangan kita tentang tulisan berbeda
Aku menganggapnya hiburan dan kau menganggapnya siksaan.
Tersiksa jika harus duduk manis di depan laptop dan menekankan kesepuluh jarimu pada huruf-huruf yang tercetak di keyboard, merangkai kata, menyusun kalimat
Tidakkah kau mencari tahu kenapa kau begitu tersiksa jika harus menulis?
Bolehkah aku memberimu satu kemungkinan jawaban mengapa kau tersiksa?
Mungkinkah kau memikirkan bagaimana pendapat orang lain mengenai tulisanmu nanti saat kau menulis?
Jika iya, pantaslah kau tersiksa.
Pernah dengar cerita tentang seorang ayah, anak dan seekor keledai?
Jika belum, carilah di google. Aku akan langsung ke permasalahan yang kau hadapi
Makna dari cerita itu adalah, jika kau mendengarkan apa kata orang lain, kau takkan pernah jadi dirimu sendiri!
Mulai mengerti apa yang kumaksud?
Jika kau memulai untuk menulis, setidaknya pikirkanlah bahwa yang kau tulis adalah apa yang benar-benar ingin kau tulis. Bukan apa yang orang lain ingin kau untuk menuliskannya!
Kau harus jadi dirimu sendiri di depan laptopmu saat bergelut dengan kalimat-kalimat yang akan kau bentuk menjadi sebuah tulisan, mahakarya.
Jangan dulu pedulikan apa yang orang lain akan pikirkan tentangmu nanti.
Mereka bukan tuhanmu, biarlah mereka berkicau dan jika mereka tak suka, itu masalah mereka dan bukan masalahmu!
Kau bebas berekspresi dengan tulisan, kau bebas mengungkapkan perasaanmu lewat kalimat-kalimat yang walaupun orang lain tak mengerti maksudnya, mereka yang benar-benar peduli akan menghargaimu.
Lagipula, menulis bukanlah seberapa banyak orang lain membaca tulisanmu.
Menulis adalah seberapa berani kau menjadi dirimu sendiri.
Jadi, jangan pernah pikirkan orang lain saat kau menulis.
Pikirkan dirimu sendiri, buat dirimu nyaman, dan kau akan temukan orang-orang yang sama sepertimu dan mengerti dirimu.

Mulailah menulis, dan tunggu keajaiban apa yang akan datang padamu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar