Pages

Jumat, 06 Juni 2014

aku waktu kecil

"bersamamu ku habiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu. rasanya semua begitu sempurna..."

ah, petikan lirik lagu itu selalu mengingatkanku pada sahabat-sahabat kecilku dulu. ingat begitu saja waktu dulu leluasa bermain bersama, menjelajah bersama.
satu-satunya beban hidup yang ku pikul hanya saat ummi tak mengizinkanku mengayuh sepedaku di siang hari yang terik untuk bertualang mencari ikan di empang yang terletak di sebuah kampung dekat perumahan tempatku tinggal.
sampai harus kabur lewat jendela berangka besi, terdengar tak mungkin bukan? tapi itu kulakukan berdua dengan adikku demi memuaskan keinginan kami bersepeda menuju empang, keluar dari perumahan menuju kampung yang terletak persis di sebelah perumahan tempat kami tinggal. kami tahu jalan pintas agar bisa sampai kesana dan kembali sebelum ummi bangun tidur. kami juga sudah beberapa kali mencobanya dan berhasil.
di blok paling akhir di perumahan kami, ada sebuah pintu kecil yang menghubungkan kami langsung ke empang yang ingin kami tuju dan teman-teman kami pasti sudah menunggu disana, di atas sepeda-sepeda mereka. membawa plastik dan saringan teh untuk menangkap ikan.
tapi apa kalian tahu? kami tak pernah benar-benar menangkap ikan. saat sampai di empang, keinginan kami untuk menangkap ikan selalu hilang begitu saja dan akhirnya yang kami lakukan hanya menghampiri bapak-bapak yang sedang memancing. diam saja,duduk di samping mereka. seringkali bapak-bapak itu memberi kami ikan-ikan kecil hasil pancingan mereka dan kami girang bukan kepalang. tuntas sudah misi kami. dan biasanya setelah semua orang mendapat ikan, kami berlomba mengayuh sepeda kencang-kencang dan pulang ke rumah. aku sering kembali berhasil masuk lewat jendela tanpa ketahuan ummi. tapi pernah suatu kali aku dan adikku tertangkap basah.
saat itu, kami baru saja masuk ke gerbang rumah kami dan memarkir sepeda. tapi setelah kami membalikkan badan, muncul seorang wanita cantik berpakaian putih-putih, ummi kami memakai mukena. wajahnya datar,tapi matanya melotot. disuruhnya kami berdua masuk ke rumah dan sampai di dalam, di marahi lah kami berdua,ummi mengancam akan menjual sepeda kami ke pemulung yang tiap sore lewat jika kami tak mau menurut. tapi kau tahu, ancaman tak berlaku pada dua bocah nakal seperti kami, rasa ingin tahu kami mengalahkan rasa takut kami pada ancaman ummi kami.
kami tetap bermain-main ke empang sampai aku kelas 1 SMP dan adikku masuk pesantren.
tapi petualanganku bersama sahabat-sahabat kecil itu tak hanya sebatas empang dan ikan. aku masih ingat jelas saat kami memainkan permainan yang aku yakin kalian semua pasti pernah memainkannya, yap bete 7. masih ingat kan? saat kita menumpuk 7 buah batu dan melemparnya dengan batu yang lain hingga tumpukan batu itu roboh dan yang kalah harus menumpuk kembali batu itu sementara yang lain berlarian untuk bersembunyi? aku ingat memainkannya di depan rumahku persis, dan aku selalu bersembunyi di atas pohon dan menjadi pahlawan dengan menendang tumpukan batu yang telah disusun oleh temanku. permainan itu termasuk salah satu permainan yang tak pernah luput kami mainkan setiap sore selama 3-4 kali dalam seminggu. ah, aku jadi rindu.
tak hanya bete 7, benteng pun kami mainkan. pernah kami melawan anak kampung dan menang, tapi seringkali kami kalah karena mereka main curang. dan kami tak pernah kapok bermain bersama mereka.
masa kecil ku penuh dengan cinta, tiap kali bermain bersama sahabat-sahabat ku, aku merasakannya. kehangatan yang menjalar padahal mereka bukan saudara sedarah. masa kecil ku penuh kejayaan, memenangkan semua permainan yang ku mainkan membuatku besar kepala, jatuh dan berdarah bukan lagi suatu pengorbanan besar buatku untuk menang. bekas luka di kaki dan tanganku tak bisa hilang, sampai saat ini masih terlihat jelas,membuatku seperti anak kampung. tapi itulah bukti kebahagiaanku waktu kecil, bukti bahwa aku telah memainkan semua permainan yang dimainkan anak-anak dulu, bukti bahwa aku menang dan luka-luka ku adalah penghargaan yang kudapat atas kemenanganku. bukti bahwa aku kuat karena masih bisa menang dengan semua luka yang kudapat. obat merah menyentuhku lebih sering dari sabun, kapas dan perban membalut luka ku lebih sering dari handuk dan aku bangga. bangga karena sahabat-sahabat kecilku masih tersimpan rapi di hatiku dalam bentuk kenangan indah.

"apa yang kau cari, telah kau miliki, bersamamu tanpa kau sadari~"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar