Pages

Rabu, 08 Juli 2015

Baper



Bismillah
Akhir-akhir ini banyak kita jumpai diantara kalangan manusia khususnya remaja, kata “baper” yang seringkali dikaitkan dengan keadaan yang gegana alias gelisah galau merana. Bukan karena kiriman uang telat, bukan juga karena tugas kuliah yang numpuk atau UAS yang dipending sampai setelah lebaran. Melainkan karena satu makhluk yang memang ditakdirkan untuk menjadi pelengkap langkah kaki kita di bumi, yak lawan jenis. Karena gue cewek, gue bakal mengganti kata-kata ‘lawan jenis’ dengan ‘cowok’. Kalau lo cowok, ya ganti aja sendiri kata-kata ‘lawan jenis’ dengan ‘cewek’. Oke kita mulai.
Sebelum terlalu jauh, sebenarnya baper itu apa sih? Kayaknya kalau seorang remaja menjelang dewasa atau seorang bocah menjelang remaja atau bahkan seorang remaja asli tanpa menjelang-menjelang, ngomongin tentang perasaan yang emang gak ada habisnya dan gak pernah basi sampai tiada hari terlewat tanpanya, itu sesuatu banget. Berarti kadar galaunya udah mendekati ambang batas maksimal yang bisa dicapai seseorang yang fase hidupnya masih berkaitan atau bersenggolan dengan fase remaja. Iya gak sih? Atau gue doang yang ngerasa? Haha
Sebelum lanjut bahas apa itu baper, gue ingetin dulu deh biar gak ada yang lupa kalau ini semua cuma spekulasi gue belaka, fiktif yang gak gue sadur dari cerita orang lain dan gak gue amati pakai metode-metode yang you know lah yaa. Jadi kalau ada kesamaan cerita, tokoh, cara pandang atau bahkan kata atau kalimat yang lo banget, jangan salahin gue, mungkin kita memang sehati (jangan baper!).
Oke, lanjut. Menurut gue, baper adalah suatu kondisi dimana hal-hal yang sebenarnya sepele dan harusnya dipikir pakai logika, malah dipikirin pakai hati (apasih gue). Contohnya, nih, ya. Lo lagi suka sama seseorang, nah tau-tau dia nge bbm, nge wa, nge mention, nge line atau nge apapun itu di saat yang gak lo sangka-sangka, kayak gini contoh pesannya
A : hai, B. apa kabar?
Pasti lo langsung baper kan?! Berbagai pertaanyaan pasti langsung nongol dari hati lo yang terlalu rapuh untuk menerima kenyataan. ‘deg! Si A nanyain kabar gue. Jangan-jangan dia suka sama gue’ yaampyun plis banget, girls. Itu cuma apa kabar pakai tanda tanya, bukan apa kabar cantik pakai tanda tanya. Pasti lo langsung kalang kabut dan curhat ke semua temen lo ‘gue bales apa nih?’ ‘bales gak ya?’ ‘kalau dibales ntar kesannya gue gampangan tapi kalau gak dibales nanti dia salah paham’ *tepok jidat* braaaay, halusinasi lo berlebihan.
Sebenarnya gue takjub gak takjub sih ngeliat fenomena baper di negara kita tercinta ini. Bayangin aja, cuma dengan satu kalimat yang sebenarnya kalau disikapi dengan cara yang benar, itu jadi kalimat yang biasa aja kan? Tapi karena disikapinya dengan cara yang berlebih lewat kepekaan tingkat tinggi, jadilah kalimat ‘apa kabar’ itu bagai kalimat ‘maukah kau menikah denganku’.
Bukan cuma ke cowok, baper juga bisa ke temen biasa. Nih contohnya, temen lo update pm
Temen makan temen lo!
Terus lo langsung baper deh tanpa tedeng aling aling. ‘duh! Dia marah sama gue ya?’ ‘gue salah apa sama dia?’ ‘apa gue minta maaf aja ya? Tapi gue salah apa?’ ‘jangan-jangan besok dia gak mau negur gue’ dan yang paling ekstrim adalah ‘apa gue pindah kuliah aja ya? Daripada gue dibully’ dan ketika statement yang keluar dari pikiran lo adalah statement terakhir, gue cuma bisa bilang, berhenti nonton tv, berhenti nonton film-film bergenre romance yang gak jelas, berhenti gaul sama princess princess wannabe, bray.
Kita semua tau kan, kalau suka sama lawan jenis gak pernah dilarang dalam agama kita, karena itu fitrah manusia. Yang dilarang dan seringkali jadi penyebab banyaknya bayi yang ditemuin ngambang di selokan, adalah mendekati zina yang akhirnya berujung ke perzinaan. Berpikir yang enggak-enggak tentang cowok yang lo suka. Ah gimana ya kalau nanti gue udah nikah sama dia, berkhayal sambil mikirin wajahnya. Gimana sih rasanya gandeng tangan sama dia, berkhayal lagi. kenapa Allah ngebolehin kita suka tapi gak ngebolehin kita buat ‘kayak gitu’ sama lawan jenis? Well, girls. Everything happen for a reason dan karena gue cuma bisa berspekulasi, maka gue bilang sama lo, hamba-hamba Allah yang beriman gak akan pernah lepas dari ujian. Hamba-hamba Allah yang beriman, gak akan pernah Allah biarkan tersesat. Apalagi, belum waktunya buat lo mikirin cowok yang bukan mahram lo. Jadi ketika lo suka sama cowok dan lo bisa nahan diri lo untuk gak mengkhayalkan dia, lo bisa nahan diri lo untuk gak baper dan banyak berharap ketika dia ngehubungin lo, gue kasih semua jempol yang gue punya buat lo. Selamat! Lo naik level satu tingkat lebih dekat sama Allah karena berhasil menjauhi apa yang IA larang.
Perempuan itu, pondasi terbentuknya peradaban. Sepuluh lelaki gak akan bisa melahirkan, walau hanya seorang perempuan kan? Tapi seorang perempuan bisa melahirkan lebih dai sepuluh lelaki. Iya kan? Gak Cuma itu, girls. Pernah dengar kan kalau ibu itu sekolah pertama bagi anak-anaknya? Kalau ibunya gak bener, otomatis hasil didikannya gak akan bener kan? Iya kan?
Sebenarnya, girls. Baper itu kalau dipakai sesuai dengan kepanjangannya, harus loh. Karena kalau kita gak baper, kita kayak pembunuh berdarah dingin, atau psikopat yang tiap hari mainan gergaji mesin, atau bahkan kanibal yang ngeliat tangan orang sebagai lauk pauk udah biasa aja. Masalahnya, baper sekarang ini diartikan terlalu membahana badai luasnya. Jadilah bermunculan kalimat-kalimat ‘stop baper’ atau ‘jangan baper’ atau yang berbau pencegahan baper karena ternyata efek baper yang kelewatan luasnya itu mengkhawatirkan. Lo bisa tau-tau pindah kampus, atau mendadak hitz di timeline karena baper dan update status tiap 60 detik sekali.
Sebelum gue tutup dengan hamdalah, gue mau kasih pertanyaan yang jawabannya biar cuma lo dan Allah yang tau, tapi syaratnya, berpikir dulu sebelum menjawab ya.
“menurut lo, berdasarkan pengalaman lo, analisa lo terhadap kehidupan lo dan orang lain, baper itu perlu gak sih?”
Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar