Pages

Senin, 24 Maret 2014

harus mbak yang cari!

“mbak ayo beli martabaak” bocah kecil itu merajuk. Memaksa lebih tepatnya

“mbak capek dek, besok aja” aku tak bohong, aku benar-benar lelah. Akhir-akhir ini banyak kegiatan diluar yang menuntutku menguras tenaga.

“ahelah mbaaaaak. Ayook” nekat. Si cerewet itu malah mengenakan kerudungnya dan menyeretku bangun dari tempat tidur. Ya, malam itu kami di rumah hanya berempat. Aku, Irfan adikku yang kedua, Afif adikku yang ketiga dan Afnan adikku yang keempat satu-satunya adik perempuanku, Hafizh adikku yang pertama sudah balik ke pesantrennya di subang sedangkan Ummi dan Abi sedang ada acara di luar.

“ck. Emang kunci motornya udah ketemu?” aku berdecak sebal. Abi memang orang yang sembrono, dan sifat itu diturunkan padaku. Tadi sebelum Ummi dan Abi berangkat, kami berenam(walaupun aku Cuma membantu secara asal karena benar-benar lelah) sibuk mengobrak-abrik rumah mencari kunci motor Abi yang hilang entah kemana. Lupa katanya, penyakit lama yang senang kambuh-kambuhan dalam waktu yang sangat tidak tepat. Kunci motor itu tinggal satu-satunya, belum sempat dibuat duplikatnya. Terakhir kali dipakai ya sama Abi, mengantar irfan dan afif ke tukang cukur bakda ashar tadi. Seisi rumah sudah kacau balau dan pencarian terburu-buru itu berakhir tragis ytanpa hasil, dan akhirnya Ummi dan Abi berangkat menggunakan motor mio Ummi yang sudah tak layak pakai. Sampai sekarangpun irfan masih mencarinya, lihat saja. Bak cucian kotor sudah diaduk-aduk, tapi kunci motor Abi tak juga ditemukan. Duh, sebenarnya kasihan melihat adik-adikku yang menyebalkan mondar-mandir mencari kunci motor sedangkan aku leha-leha diatas tempat tidur, berkelana di timeline sampai akhirnya..

“mbak! Bantuin cari napa!” Afif ngomel, bocah yang satu ini memang paling rusuh dibandingkan dengan adik-adikku yang lain. Hiperaktif. Benar-benar mendapat nilai sempurna untuk adik paling menyebalkan sejagad raya.

“males. Mbak capek” kataku acuh tak acuh, biar saja. Toh aku tak mau martabak keju susu kesukaan bocah-bocah tengil itu, juga sedang tak dalam mood yang bagus untuk memasukkan lembar demi lembar rumput laut mama suka yang biasa kami beli ke dalam mulutku.

“mbak, ini harus mbak yang nyari.” Irfan buka suara. Tak biasanya adikku yang paling jenius ini berkomentar, tak biasanya ia membantah, menggangguku. Benar-benar tak biasanya.

“emang kenapa sih kalo Irfan sama Afif yang nyari? Mbak capek tau. Lagian sama aja kalo mbak yang nyari juga gak bakal ketemu. Orang tadi Abi sama Ummi udah nyari di semua tempat.” Aku akhirnya bangun dari tempat tidur, tak tega jika sudah Irfan yang merengek. Aku berpikir, dimana biasanya Abi menaruh kunci motor, langkah pertama aku beranjak ke lemari. Membuka pintunya, mengacak-acak tumpukan kertas yang sudah acak-acakan dan menemukan kunci itu. Aku jadi merasa bersalah, coba sejak tadi kugunakan akalku untuk menemukan kunci motor Abi. Pasti adik-adikku takkan kelelahan mencari seperti sekarang.

“ayok siap-siap, udah ketemu nih.” aku keluar dari kamar Abi dan Ummi sambil memamerkan kunci motor yang akan menyelamatkan keinginan mereka makan martabak malam ini.


“tuhkaaaaan, emang mbak yang harusnya nyari kunci itu. Buktinya langsung ketemu.” Seru Afnan riang. Ya, memang ternyata harus aku yang mencari kunci itu dan menemukannya karena aku si sulung, sulung yang harapan-harapan keluargaku banyak bergantung padaku J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar